Rabu, 05 Januari 2022

“MENCIPTAKAN LINGGKUNGAN BELAJAR YANG PRODUKTIP DAN MENGATUR KELAS DAN MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN GURU DAN SISWA YANG PRODUKTIPDAN MENCIPTAKAN IKLIM PSIKOLOGIS YANG EFEKTIP”

 MAKALAH

“MENCIPTAKAN LINGGKUNGAN BELAJAR YANG PRODUKTIP DAN MENGATUR KELAS DAN MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN GURU DAN SISWA YANG PRODUKTIPDAN MENCIPTAKAN IKLIM PSIKOLOGIS YANG EFEKTIP”

Dosen pengampu: Ridwan, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

DISUSUN LEH KELOMPOK 4: 

1.Anahla Nuqowah Hafiz (209100110)

2.Dwi Yarpeka (209210003) 3.Dilla irsyawati (209210006)

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK ISLAM USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN THAHA SAIFUDIN JAMBI 2021

 

Assalamualaikum wr.wb

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada allah swt. Yang telah memberi taufik dan hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shlawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhamad saw, kekasih allah suri tauladan hidup, yang telah berjuang untuk menegakkan agama islam, agama yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah psikologi pendidikan (menciptakan lingkungan belajar yang prduktip, mengatur kelas, membangun dan mempertahankan hubungan guru dan siswa yang produktip, menciptakan iklim fsikologis yang efektif). Makalah ini merupakan pembelajar untuk memahami dan dapat memberi wawasan kepada kita. Dan kami ucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang sudah memberi kesempatan kepada kelompok kami dalalam menyusun makalah ini.

Sehubungan dengan pembuatan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritikan, masukan dan sangat kami harapkan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk lebih baik lagi.

Makalah ini kami persembahkan kepada kalian semua. semoga makalah ini memberi mampaat amin

Wasalaikumsalam Wr Wb


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masa lah

C. Tujuan Penulis

BAB II

PEMBAHASAN

A. menciptakan lingkungan yang kondusip dalam belajar B. menyikapi perilaku yang tidak sesuai

C. menyikapi akresi dan kekerasan di sekolah

D. mempertimbangkan keberagaman siswa

E. mengkoordinasikan usaha dengan orang lain

BAB III

PENUTAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB 1 PENDAHULUAN

Di dalam dua latihan pada bab ini, Anda dapat mengamati dua guru kelas dua dengan gaya pengajaran yang sangat berbeda. Saat Anda mengamati pelajaran mereka, ingatlah bahwa guru yang baik akan menciptakan dukungan berupa suasana kelas-suasana psikologis umum di mana anak-anak merasa aman, nyaman, dan bersedia mengambil risiko serta membuat kesalahan yang penting bagi pembelajaran mereka. Ada tiga hal penting dalam suasana kelas yang mendukung:

A. Mengkomunikasikan kepedulian dan respek kepada siswa: Guru yang efektif akan mengkomunikasikan kepedulian dan hormat kepada siswa melalui hal-hal yang mereka lakukan setiap hari -menyapa siswa dengan hangat di lorong sekolah, mau menjadi pendengar yang baik ketika siswa mempunyai masalah atau keluhan, dan lain-lain. Tetapi yang lebih penting, guru mengkomunikasikan kepedulian dan respek dengan persiapan mengajar yang baik, melakukan scaffolding pada usaha siswa yang melakukan tugas yang menantang, memberikan umpan balik yang membangun pada tugas kelas, dan dengan beragam cara mendemonstrasikan keinginan untuk membantu siswa menguasai pelajaran sekolah.

B. Menetapkan batas: Guru yang efektif juga menetapkan batas yang masuk akal dan arahan bagi perilaku siswa, dan batas tersebut diterapkan secara konsisten untuk membantu siswa bertindak sesuai aturan dan petunjuk. Idealnya, guru mengkomunikasikan rasa kekinian - sebuah perasaan yang membuat mereka sadar apa yang mereka lakukan- melalui kata-kata dan tindakan mereka dan dapat mengambil tindakan yang diperlukan jika siswa keluar dari batas.

C. Menciptakan rasa kebersamaan: Pada akhirnya, siswa harus diberikan rasa kebersamaan - rasa bahwa semua anggota kelas berbagi tujuan yang sama, dan harus saling menghormati dan mendukung usaha yang lain, dan percaya bahwa semua orang memberikan kontribusi penting pada pembelajaran kelas.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Belajar Secara umum, pengelolaan kelas (class managemen) berarti membangun dan memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa. Siswa dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas lainnya. Pengelolaan kelas yang efektif tidak terlalu berkaitan dengan tingkat aktifitas atau keributan. Kelas yang diatur dengan baik adalah kelas dimana siswanya selalu terlibat dalam aktivitas belajar yang produktif dan perilaku mereka jarang menganggu tercapainya tujuan pengajaran (Brophy, 2006; W. Doyle, 1990; Emmer & everston, 1981).

B. Mengatur Kelas Pengelolaan yang baik dimulai sebelum hari pertama sekolah. Ada 4 strategi yang secara khusus dapat membantu aturlah perabotan dalam cara-cara yang mendorong interaksi siswa dan ubahlah kalau ternyata malah kontraproduktif. Beberapa kelompok meja dan kursi yang saling berhadapan sangat berguna untuk kelompok kecil, sedangkan baris-baris tradisional seringkali lebih efektif untuk mengerjakan tugas individual siswa (Carter & Doyle, 2006). -Minimalkan kemungkinan distraksi (pengalihan perhatian). Sebagai guru kita harus mengatur kelas kita dalam cara-cara yang menimbulkan kemungkinan terjadinya perilaku-perilaku yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Misalnya menempatkan siswa yang suka mengobrol dikursi paling depan. aturlah kelas sedemikian rupa sehingga kita mudah berinteraksi dengan siswa. Identifikasilah lokasi- lokasi yang mempermudah pemantauan perilaku siswa.

Membangun dan Mempertahankan Hubungan Guru-Siswa yang Produktif Manusia tampaknya memiliki kebutuhan mendasar untuk merasa terjalin secara sosial dengan orang lain. Di kelas kebutuhan akan keterjalinan ini mungkin terwujud dalam berbagai cara. Misalnya, siswa mungkin mencari persetujuan/pengakuan kita untuk sesuatu yang telah mereka lakukan dengan baik. Siswa lain mungkin berperilaku tidak patut untuk mendapatkan perhatian kita. Strategi-strategi ini mungkin dapat membantu untuk menjalin hubunga kerjasama yang produktif dengan siswa

1. Komunikasikan secara rutin kepedulian dan respek kepada siswa sebagai individu.

2. Ingatlah bahwa kepedulian dan respek melibatkanlebih dari sekedar menunjukkan

afeksi.

3. Bekerjalah keras untuk memperbaiki hubungan yang terlanjur dingin sejak awal

pertemuan.

C. Menciptakan Iklim Psikologis yang Efektif. Kita menginginkan suatu kelas dimana para siswanya merasa aman dan nyaman, membuat pembelajaran menjadi prioritas yang tinggi, serta bersedia mengambil resiko dan membuat kesalahan demi kesuksesan akademik jangka panjang (Brand, Felner, Shim, Seitsinger & Duman, 2003; Hamre & Pianta, 2005).


Lingkungan seperti itu meminimalkan masalah-masalah disiplin dan tampaknya penting bagi siswa yang beresiko mengalami kegagalan akademik dan drop-out dari sekolah. Berikut ini beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan yang seperti itu

1. Bangunlah suasana yang berorientasi tujuan, menyerupai bisnis, namun tidak menakutkan.

2. Komunikasikan dan tunjukan bahwa tugas sekolah dan pokok bahasan akademik itu berharga

3. Berilah siswa kesempatan untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas kelas. -Minimalkan persaingan di antara para siswa. Tingkatkan rasa kebersamaan dan keterjalinan

4. Tingkatkan rasa kebersamaan dan keterjalinan

D. Menetapkan Batasan Kelas tanpa panduan tentang perilaku yang tepat cenderung kacau dan tidak produktif. Dan para siswa harus belajar bahwa perilaku-perilaku tertentu tidak dapat ditoleransi, khususnya perilaku yang menyebabkan gangguan fisik atau psikologis, merusak peralatan sekolah, atau mengganggu pembelajaran dan performa siswa lain. Menetapkan batasan- batasan yang masuk akal dalam hal perilaku di kelas bukan hanya meningkatkan lingkungan belajar yang lebih produktif melainkan juga membantu mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat dewasa yang lebih produktif. Meski demikian ketika kita menetapkan batasan kita harus ingat bahwa siswa lebih cenderung termotivasi secara intrinsik untuk menguasai pokokb ahasan di kelas jika kita menjaga perasaan otonomi dan self-determination mereka. Dengan mengingat hal ini, berikut kami tawarkan rekomendasi:

-Tetapkan beberapa peraturan dan prosedur di awal tahun.

-Sajikan peraturan dengan cara yang informational ketimbang dengan cara yang mengontrol.

-Tinjaulah secara periodik kegunaan peraturan dan prosedur yang ada

-Akuilah perasaan siswa tentang persyaratan-persyaratan di kelas.

-Tegakkan peraturan secara konsisten dan tidak pandang buta.

E. Merencanakan Aktivitas yang Membuat Siswa Fokus pada Tugas Guru yang efektif merencanakan pelaksanaan pembelajaran (RPP) mereka terlebih dahulu. Ketika mereka merencanakan, mereka tidak hanya berpikir tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran siswa dan pemrosesan kognitif, melainkan juga bagaiman memotivasi siswa untuk belajar. Ada berbagai macam strategi untuk mengembangkan motivasi, khususnya motivasi intrinsic guna menguasai pokok bahasan di kelas. Berikut ini adalah beberapa saran untuk membuat siswa fokus pada tugasnya:

-Pastikan bahwa siswa selalu terlibat secara produktif dalam kegiatan yang bermanfaat.

-Pilihlah tugas dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa.


-Sediakan struktur untuk berbagai aktivitas dan tugas.

-Rencanakan masa transisi di hari sekolah

-Memonitar apa yang dilakukan siswa Guru yang efektif mengomunikasikan sesuatu yang disebut

withitness: mereka tahu__dan siswa mereka tahu bahwa mereka tahu_apa yang dilakukan siswa sepanjang waktu di kelas. Guru-guru ini selalu memantau kelas dan sering melakukan kontak mata dengan siswa secara individual. Mereka tahu kenakalan apa yang terjadi ketika kenakalan tersebut terjadi, dan mereka tahu siapa pelakunya (Gettinger & Kohler, 2006; T. Hogan, et.al. 2003; Kounin, 1970). Ketika kita menunjukkan

withitness: semacam itu, khususnya di awal tahun ajaran, para siswa cenderung tetap fokus pada tugasnya dan menunjukkan perilaku yang baik di kelas. Maka tidak mengejutkan jika mereka juga lebih cenderung sukses di tingkat yang lebih tinggi.

F. Memodifikasi Strategi Pengajaran Penelitian memberitahukan bahwa ketika siswa berperilaku tidak patut, para guru pemula sering terlalu fokus pada kesalahan siswa; sebaliknya, guru yang berpengalaman lebih cenderung berpikir tentang apa yang dapat mereka lakukan secara berbeda untuk membuat siswa tetap belajar, dan mereka memodifikasi strategi pengajaran mereka berdasarkan hasil refleksi itu.

G. Mempertimbangkan Perbedaan Individual dan Perbedaan Perkembangan Salah satu sumber perbedaan individual penting yang mempengaruhi perilaku di kelas adalah temperamen (perangai) kecenderungan seorang siswa untuk bersikap enerjetik, mudah beradaptasi, mudah marah, impulsif, dan sebagainya. Perbedaan perkembangan juga dalam batas tertentu harus menjadi pertimbangan kita dalam proses menyusun strategi pengelolaan kelas. Banyak anak-anak di awal SD yang belum cukup berpengalaman dengan pendidikan formal untuk mengetahui peraturan-peraturan tidak tertulis yang melandasi interaksi di kelas


B. Menyikapi Perilaku yang Tidak Sesuai Sekalipun para guru sudah merencakan dan menyusun kelas supaya lebih efektif dan produktif. Terkadang, bahkan mungkin selalu, akan terjadi yang namanya misbehaviors.

Misbehaviors adalah tindakan apapun yang mengganggu pembelajaran dan aktivitas di kelas yang sudah direncanakan. Misalnya, tindakan berbicara tidak sesuai dengan gilirannya, berkelahi dalam kelas, mengganggu teman yang fokus belajar, dan tindakan-tindakan apapun yang dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar dan pembelajaran dalam kelas. Siswa-siswa yang semacam ini akan menjadi tantangan besar bagi seorang guru. Akan tetapi tidak lantas bagi seorang guru untuk menyerah dan tidak peduli terhadap mereka. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan atau merencanakan bagaimana menyikapi tindakan-tindakan misbehaviors tersebut dan membawa mereka ke arah yang lebih baik dan produktif. Dalam hal ini, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menyikapi perilaku kontra produktif tersebut.

a. Mengabaikan perilaku (ignoring behaviors) Dalam beberapa kesempatan mengabaikan perilaku atau bertindak diam mungkin akan lebih bijaksana. Sebab bisa jadi tindakan seorang guru untuk menghentikan

misbehaviors, walau hanya beberapa detik saja, akibatnya malah tindakan penghentian tersebut yang mengganggu jalannya pembelajaran. Selain itu, tindakan mengatasi misbehaviors, bisa memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, tindakan mengabaikan paling cocok dilakukan ketika terjadi pada situasi yang bersifat ringan, sebagai berikut:

-Ketika perilaku jarang terjadi dan mungkin tidak akan diulangi -Ketika perilaku tersebut tidak cenderung menular ke siswa yang lain -Ketika perilaku tersebut wajar bagi usianya

-Ketika hasil perilaku tidak cukup menyenangkan untuk mencegah siswa mengulangi perilaku tersebut. Sebagai contoh, seorang anak yang biasanya penurut dan jarang melanggar peraturan di kelas, berbisik ke teman sebangkunya sementara guru masih mengintruksikan untuk mengerjakan tugas sendiri-sendiri dan dengan tenangb.


Memberi isyarat kepada siswa (cueing) Dalam beberapa keadaan, hanya memberikan isyarat kepada siswa yang berperilaku

Misbehaviors lebih dari cukup daripada menghentikan jalannya pembelajaran. Sebagai contoh ketika ada anak berbicara dengan teman sebangkunya (tidak membicarakan tentang pelajaran) ketiak seorang guru sedang menjelaskan beberapaa materi yang dianggap sulit. Untuk menanggapi perilaku yang tidak sesuai ini lebih tepat jika seorang guru tersebut hanya memberikan isyarat seperti sorotan mata, kedipan, atau bahasa tubuh lainnya yang bisa dilihat oleh anak tersebut sebagai pertanda bahwa tindakannya adalah salah dan harus dihentikan.

b. Membahas masalah secara pribadi dengan siswa Berbicara secara pribadi dengan siswa sangatlah membantu untuk menyelesaikan beberapa masalah misbehaviors Hal ini dilakukan ketika pengabaian masalah dan pemberian isyarat tidak memberikan perubahan terhadap perilaku yang tidak sesuai. Berbicara secara pribadi lebih baik dilakukan daripada harus menegur langsung dalam kelas. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, yaitu: tindakan peneguran dalam kelas bisa jadi malah memberikan efek penguatan bukan pelemahan. Peneguran dalam kelas juga dapat menyebabkan siswa malu atau merasa terhina di depan teman-teman sekelasnya. Dan juga tindakan peneguran dalam kelas malah mungkin akan menghabiskan banyak waktu sehingga siswa-siswa yang lain cenderung akan tidak sesuai juga. Dalam beberapa kasus, diskusi secara pribadi juga menjelaskan beberapa alasan mengapa siswa melakukan hal yang tidak sesuai tersebut. Selain itu, diskusi secara pribadi juga dapat mengisyaratkan petunjuka bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan masalah serta dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku mal-adaptive yang dapat menjadikan alasan untuk merujuk ke psikolog. Akan tetapi, dalam diskusi secara pribadi tidak menutup kemungkinan bahwa siswa akan memberikan penjelasan yang logis. Misalnya saja, alasan Tono terlambat karena memang dia malas masuk ke kelas. Hal yang seperti ini sangat penting jika seorang guru tidak tergoda untuk adu kekuatan

– sikap tidak mau kalah. Oleh karena itu ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan adu kekuatan, sebagai berikut:

-Berbicara dengan tenang dan tidak berbelit-belit.

-Menerima secara empatik dan terbuka apa yang siswa jelaskan.


-Meminta klarifikasi penjelasan siswa jika dibutuhkan. -Menjelaskan efek-efek dari perilaku yang tidak sesuai tersebut.

-Memberikan beberapa pilihan yang dapat diterima

-Mengidentifikasi solusi supaya siswa tidak kehilangan kredibilitasnya di mata siswa lain. -Pada akhirnya, kemukakan harapan dalam jangka panjang yang ingin diraih dan keprihatinan

bahwa tindakannya mengganggu hal tersebut.

c. Mengajarkan strategi self-regulation Mengajarkan bagaimana caranya untuk mengatur diri pada siswa yang bertindak tidak sesuai sangat penting. Terlebih siswa tersebut menyadari kesalahan-kesalahannya dan siap untuk berubah. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

Self-monitoring atau pengawasan diri. Dalam hal ini dapat dipratikkan dengan menggunakan lembar pengawasan pekerjaan siswa, seperti: membaca buku, belajar selama satu jam, atau yang lainnya. Self-instruction. Instruksi diri dapat membantu siswa untuk menahan diri (self- reistraint) dari perilaku yang tidak sesuai dalam kelas.

-Self-imposed contingencies atau pemberian penguatan dan hukuman kepada diri sendiri sehingga dapat membantu dalam membangkitkan motivasi diri. Misalnya: siswa memberikan hukuman kepada dirinya sendiri ketika tidak dapat nilai yang baik pada mata pelajaran tertentu, atau juga sebaliknya.

e. Berunding dengan orang tua Dalam beberapa kasus yang kronis (serius), berunding dengan orang tua atau wali siswa sangat diperlukan. Karena mungkin saja orang tua tidak mengetahui perilaku-perilaku yang tidak sesuai dari anakanya ketika di lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, berkonsultasi dengan orang tua atau sekedar melaporkan tindakan siswa kepada orang tua sangatlah membantu dalam menyikapi perilaku siswa yang timbul di lingkungan sekolah.

f. Melakukan intervensi sistematik yang telah direncanakan sebelumnya Strategi ini dapat dilakukan ketika misbehavioryang dilakukan siswa berlanjut terus menerus dan sangat mengganggu. Pendekatan-pendekatan lain untuk menyikapi perilaku yang tidak sesuai juga sudah dilakukan, sementara itu siswa yang misbehaviors tersebut juga tidak ada keinginan yang kuat untuk berubah, dalam artian pengajaran pengaturan diri juga sudah diberikan. Intervensi dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi lainnya, seperti mendorong


kemampuan berpikir melalui sudut pandang orang lain, mengajarkan kemampuan sosial, atau bisa juga menggunakan teknik-teknik behavior (seperti: penguatan dan hukuman) dalam mengubah perilaku yang tidak sesuai tersebut.

C.Menyikapi Agresi dan Kekerasan di Sekolah Perilaku agresi dan tindak kekerasan tidak hanya terjadi dalam masyarakat luas. Sekolah yang dinilai sebagai tempat paling aman juga sering terjadi hal-hal tersebut. Sebagian besar perilaku agresi di sekolah melibatkan luka psikologis seperti bully, juga luka fisik seperti perkelahian. Ada dua sumber yang pasti sehingga memunculkan tindakan agresi. Pertama, anak remaja sebagian besar waktunya memang dihabiskan di sekolah dari pada di tempat-tempat yang lain. Kedua, dalam lingkungan sekolah tidak hanya satu ragam, akan tetapi beraneka ragam. Terlepas dari semua itu, seharusnya kita tidak mentolerir segala macam bentuk agresi yang terjadi dalam lingkungan sekolah.

a. Pendekatan tiga tingkat Tingkat pertama, menciptakan lingkungan sekolah tanpa kekerasan Beberapa strategi yang dapat membantu untuk menciptakan lingkungan sekolah tanpa kekerasan antara lain:

1.Bentuk hubungan seluruh civitas akademik yang saling peduli dan saling percaya Tegaskan para siswa untuk menaruh hormat yang tulus dan tanpa pandang bulu. Libatkan siswa dalam pembuatan keputusan Sediakan saran bagi siswa untuk menyalurkan pendapat Tekankan perilaku prososial dan Bentuk hubugan dengan masyarakat dan keluarga Diskusikan masalaha keselamatan dengan terbuka, seperti: dampat perilaku bullying dan lain-lain. Tingkat kedua, melakukan intervensi sejak dini bagi siswa yang berisiko -Siswa yang berisiko mengalami kegagalan yang dimaksudkan disini tidak hanya berfokus pada kegagalan akademik saja, akan tetapi juga berfokus pada kegaglan sosial. Misalnya, tidak memiliki teman di lingkungan sekolah atau sering di bully, dan yang lainnya. Intervensi dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan sosial, ekstra kurikuler, atau mendorong untuk aktif dalamkegiata-kegiatan sekolah. Intervensi akan lebih efektif jika dilakukan sejak dini, sebelum siswa terlibat lebih jauh dengan perilaku antisosial. Melakukan intervensi yang intensif bagi siswa yang bermasalah Beberapa intervensi kecil mungkin tidak berpengaruh pada perilaku agresi dan kekerasan. Oleh karena itu, intervensi yang intensif seperti bekerja sama dengan komunitas-komunitas lain (psikolog, klinik kesehatan mental, dll) sangat diperlukan untuk membantu mencegah siswa berperilaku agresi dan kekerasan. Walau kita harus selalu waspada terhadap gejala-gejala awal perilaku agresi yang mungkin akan dilakukan oleh siswa, sangatlah penting bagi seorang guru untuk tidak menggunakan tanda-tanda peringatan seperti menuduh, mengucilkan, atau menghukum.

b. Masalah yang terkait dengan geng Sumber agresi yang paling sering di beberapa lingkungan sekolah adalah permusuhan antar kelompok atau geng. Dalam pendekatan tiga tangka


sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, mungkin hanya mampu untuk menekan aktivitas- aktivitas geng yang memerujuk pada perilaku kekerasan. Ada beberapa saran tambahan dalam menangani permasalah terkait dengan geng, antara lain:

-Kembangkan, komunikasikan, tegakkan dengan jelas berkenaan dengan ancaman potensial terhadap keselamatan siswa

-Identifikasi sifat khusus dan lingkup aktifitas geng di tengah-tengah siswa -Laranglah pakaian dan aksesoris yang berkaitan dengan geng tertentu.

-Aktif dalam menengahi perselisihan antar geng atau dalam geng itu sendiri, yaitu dengan cara mediasi, menjadi orang ketiga (penengah).

D. Mempertimbangkan Keberagaman Siswa Dalam merencanakan kegiatan dalam kelas, seorang guru harus memperhatikan kerakteristik dan kebutuhan siswa yang beraneka ragam. Pandangan tentang beberapa budaya atau etnik tertentu bisa jadi sangat berbeda. Oleh karena itu, pemahaman mengenai beberapa budaya dan etnik serta bersifat netral sangatlah diperlukan.

a. Menciptakan iklim yang mendukung Gerak dan isyarat yang sederhana, seperti sapaan atau senyuman sangat membantu dalam menciptakan iklim yang mendukung. Selain itu, sense of community (perasaan kebersamaan) yaitu perasaan satu tujuan dan saling mendukung setiap usaha untuk mencapai tujuan, sangat perlu dibangun. Lingkungan sekolah yang mendukung, penuh kasih sayang, dan nyaman juga sangat membantu siswa yang mungkin memiliki masalah dalam keluarganya atau lingkungan masyarakat di dekat rumahnya.

b. Mendefinisikan dan merespon perilaku yang tidak sesuai Sangat perlu diingat bahwa beberapa perilaku yang tidak diterima di budaya tertentu, bisa jadi diterima di budaya yang lain. Oleh karena itu, mengidentifikasi perilaku yang tidak sesuai terlebih dahulu sebelum merespon perilaku yang tidak sesuai sangat diperlukan. Identifikasi dan merespo perilaku tidak sesuai bisa berupa komunikasi, berunding untuk menentukan akar masalah dan mencari solusi bersama atas permasalah tersebut.

c.Mengakomodasi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus Ketika menciptakan lingkungan kelas yang produktif, perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan setiapa kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh siswa. Secara umum, prosedur pelaksanaan tugas yang ditentukan, ekspektasi bagi perilaku siswa cukup jelas, dan misbehaviors

yang diatasi dengan konsisten juga sangat membantu dan bermanfaat bagi siswa yang memiliki hambatan khusus dalam belajar. Sedangkan tindakan yang harus dilakukan, bagi siswa yang mungkin memiliki hambatan khusus dalam belajar perlu adanya pengamatan atau identifikasi masalah tersebut, hingga kemudian dapat bertindak yang sesuai.


e. Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain Ketika seorang guru berusaha untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan siswa, akan lebih efektif jika berkoordinasi atau setidaknya meminta komentar atas rancangan-rancangan usaha yang akan dilakukan. Dengan begitu, diharapkan akan mendapatkan beberasa saran atau masukan.

a. Bekerja dengan para guru lain Seharusnya seorang guru tidak hanya menciptakan perasaan kebersamaan hanya dalam ruang lingkup kelasnya saja. Akan tetapi juga harus dalam ruang lingkup sekolah (sense of school community). Oleh karena itu, bekerja sama dengan rekan guru sangat diperlukan. Beberapa perilaku yang dapat membantu untuk menciptakan

sense of school community, antara lain:

-Berkomunikasi dan selalu bekerja sama dengan guru lain dan para spesialis (petugas perpus, laboratorium, dll)

-Membentuk tujuan bersama mengenai apa yang harus dipelajari dan dicapai oleh siswa

-Bekerja sama untuk mengidentifikasi permasalahan siswa dan mengembangkan solusi untuk mengatasinya

-Mengembangkan strategi bersama untuk mendorong perilaku siswa yang produktif

-Membuat komitmen kelompok untuk meningkatkan kesetaraan dan sensifitas multibudaya dalam komunitas sekolah

b. Bekerja dengan komunitas yang lebih luas Siswa biasanya tidak hanya melakukan aktivitasnya di sekolah, tetapi mungkin saja juga melakukan kontak dengan lingkungan lain, seperti: oraganisasinya, masayarakat, layanan sosial, atau yang lainnya. Pemahaman mengenai lingkungan-lingkungan tersebutjuga sangat membantu untuk menetapkan apa yanga harus guru lakukan. Guru juga dapat mengkoordinasikan usaha-usaha untuk pengembangan siswa bila memungkinkan.

c.Bekerja dengan orang tua Di samping semua yang telah dijelaskan sebelumnya, bekerja sama dengan orang tua atau pengasuhnya sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan pembelajaran siswa dalam jangka panjang. Hubungan sangat penting dilakukan jika guru dan siswa memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

-Berkomunikasi dengan orang tua bisa dilakukan melalui pertemuan orang tua dan guru, komunikasi tertulis, atau diskusi dengan kelompok orang tua. Yang perlu diperhatikan di sini adalah komunikasi seharusnya berjalan dua arah dengan informasi yang mengalir dari kedua arah.

-Melibatkan orang tua dalam aktivitas sekolah mampu menjalin hubungan baik antara sekolah dengan keluarga siswa. Hal ini juga membantu untuk tumbuh kembang anak dalam belajar.


Beberapa cara untuk melibatkan orang tua, seperti: mengundang orang tua dalam kegiatan sekolah, memohon bantuan untuk penyumbangan dana, atau yang lainnya.

-Mendorong orang tua yang enggan. Meskipun sudah berusaha maksimal untuk mendorong orang tua agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, mungkin ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka tidak dapat menghadiri undangan-undangan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memutuskan bahwa orang tua ini tidak peduli dengan pendidikan anak mereka, akan lebih baik jika diidentifikasi terlebih dahulu penyebab ketidakhadirannya. Beberapa saran yang dapat lakukan oleh guru untuk mendorong orang tua yang enggan dalam kegiatan sekolah untuk lebih terlibat, antara lian: berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan orang tua, mendorong orang tua untuk terus terang mengenai pertanyaan atau kekhawatiran mereka, mengundang beberapa anggota lain yang penting, meminta orang tua untuk membagi bakat mereka, memberikan saran dan masukan, dan lain-lain.

-Membahas perilaku bermasalah dengan orang tua memang sangat diperlukan, tetapi yang perlu diperhatikan dalam mengomunikasikan permasalahan anak kepada orang tua adalah bagaimana cara guru mengomunikasikannya. Komunikasikanlah permasalahan anak dengan sikap saling percaya, saling peduli, saling menghormati, dan tidak saling menyalahkan sehingga tidak akan memunculkan rasa bersalah atau pemikiran yang negatif guru kepada orang tua atau orang tua terhadap guru. Mempertimbangkan perbedaan kelompok ketika bekerja dengan orang tua. Sama seperti siswa dalam lingkungan sekolah, guru juga harus mempertimbangkan latar belakang budaya orang tua ketika mengkomunikasikan masalah anaknya. Terkadang perilaku bermasalah dalam satu budaya berbeda dengan perilaku bermasalah dengan budaya lain.


BAB III

KESIMPULAN

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang produktif, maka guru harus melakukan beberapa hal dibawah ini:

-Mengatur kelas, Membangun dan Mempertahankan Hubungan Guru-Siswa yang Produktif, menciptakan Iklim Psikologis yang Efektif yakni berupa rasa aman dan nyaman, menciptakan batasan, dan merencanakan Aktivitas yang Membuat Siswa Fokus pada Tugas.

-Menyikapi periaku yang tidak sesuai, yaitu dengan mengabaikan perilaku, memberi isyarat kepada siswa, membahas masalah secara pribadi dengan siswa, berunding dengan orang tua, mengajarkan strategi self-regulation, dan melakukan intervensi sistematik yang telah direncanakan sebelumnya.

-Mempertimbangkan keberagaman Siswa, dengan cara menciptakan iklim yang mendukung, mendefinisikan dan merespon perilaku yang tidak sesuai dan mengakomodasi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus.

-Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain, seperti bekerja dengan para guru lain, dan bekerja dengan komunitas yang lebih luas.


DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, Jeanne Ellis.2008.

Psikologi Pendidika: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Edisi keenam) Jakarta: Penerbit Erlangga

.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“MENCIPTAKAN LINGGKUNGAN BELAJAR YANG PRODUKTIP DAN MENGATUR KELAS DAN MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN GURU DAN SISWA YANG PRODUKTIPDAN MENCIPTAKAN IKLIM PSIKOLOGIS YANG EFEKTIP”

 MAKALAH “MENCIPTAKAN LINGGKUNGAN BELAJAR YANG PRODUKTIP DAN MENGATUR KELAS DAN MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN GURU DAN SISWA YANG PR...